"Menurutmu, bahagia itu apa?”
Kalau kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia adalah merasa senang dan tenteram, bebas dari segala yang menyusahkan. Ketika aku tidak merasakan kecemasan dan tidak dilanda kegundahan, maka aku bahagia.
Benarkah seperti itu?
Entah, aku juga tidak tau. Bahagia dan sedih menurutku relatif, tidak semua orang bisa merasakan hal yang sama jika tertimpa suatu hal. Untuk diriku pribadi, aku tidak memiliki jalan filosofis secara rinci dalam mengelola perasaanku. Seperti yang telah aku tulis di atas, standar bahagia-ku ya seperti itu, bisa jadi dikatakan flat jika kamu melihat dari segi luar. Entahlah, aku juga masih sering sulit mengenali perasaanku, namun aku tetap berpegang pada jalanku sendiri.
Jalan filosofisku gimana?
Bisa dibilang stoik, bisa dibilang nihilis, bisa juga dibilang eksistensialis. Makanya, di atas aku disclaimer tentang hal ini, aku tidak memilih jalan filosofis dengan rinci. Kalau aku suka aku jalani, kalau tidak tinggal memilih jalan yang lain. Dalam mengolah perasaan mungkin aku lebih condong kepada jalan stoikisme yang membagi perasaan menjadi dua bagian (re:dikotomi), yaitu segi eksternal dan segi internal. Kejadian yang bisa kita atur hanyalah dari segi internal diri kita, misalkan dalam merespon apa yang ada di depan mata seperti maling, keusilan teman, bencana alam, dan lain-lain. Kita bisa mengambil hikmah, bisa mencaci takdir, atau membenahi diri, benar? Menurutku sih benar. Kalau dalam bertindak, mungkin aku menggunakan jalan nihilisme, dimana semua nilai dibentuk oleh diri kita sendiri, tapi tetap terpaku oleh norma kemanusiaan tentunya. Karena semua hal yang ada tidak memiliki nilai, yaudah gitu semuanya toh bakal menemui ajalnya, you only live once kalo kata anak-anak muda (aku juga anak muda kok).
Kalau lagi gundah banget, akhir-akhir ini aku suka jalan kaki ketika tengah malam. Karena menurutku dengan jalan kaki kita bisa tenang, bisa melihat sekitar, terus kalo kata riset-riset ilmuwan olahraga itu bisa bangkitin hormon endorfin yang bisa mengurangi rasa sakit dan meningkatkan perasaan gembira. Ada buku yang menjelaskan kenapa kita harus jalan kaki kalau lagi gundah banget. Judulnya A Philosophy of Walking karya Frederick Gros, aku rekomendasikan untuk kalian baca selain buku dasar lainnya seperti Filosofi Teras karya Henri Manampiring.
***
Sama seperti konsep bahagia menurut diriku, aku sedih ketika aku tertimpa kegundahan maupun kecemasan, udah sih itu doang. Pasti tidak bisa dibilang simple, tapi intinya sih begitu.
Kalau aku sedang gundah mengenai konsep bahagiaku sendiri, biasanya aku sedikit menaikkan standar-nya. Ketika aku mencapai sesuatu bahkan sedikit, maka aku bahagia. Contoh gampangnya menang ranked di game mobile legends:bang bang, bisa menikmati lagu dengan hikmat dan tentram, masih banyak lagi pokonya, intinya kalau punya pencapaian atau hormon kebahagiaan ku sedikit terpompa.
Udah sih, aku cuma mau sedikit curhat tentang caraku, kalau kalian tidak setuju ya monggo, kalau setuju ya tinggal dilakuin. Mudah dan menyenangkan bukan? Bukan! awokawokawok
Semoga kalian tetap bahagia dengan jalan masing-masing ya! Tetap hidup, jangan mati sebelum waktunya.
Salam hangat,
Dari anak muda yang melankolis, Mudrik
Komentar
Posting Komentar