Langsung ke konten utama

Problematika Mental Gen-Z

(sumber tertera pada gambar)

Generasi Z atau lebih dikenal dengan nama Gen-Z adalah orang-orang yang lahir antara tahun 1997—2012. Teknologi yang semakin maju di generasi ini memudahkan segala akses ke segala hal baik sisi positif maupun negatif, tergantung bagaimana mereka memanfaatkannya. Dengan kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, bukannya justru Gen-Z akan lebih mapan dibanding generasi sebelumnya? Jika pembaca melihatnya secara polos memang benar akan terlihat semudah itu. Akan tetapi, realitanya justru lebih kompleks dari yang terlihat.

Ada banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi lemahnya mental generasi ini. Penyebab terjadinya permasalahan mental ini memang bersifat relatif. Namun kita tetap bisa mencari penyebab keseluruhannya, yaitu:

1. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi mental health seseorang karena terlalu mudahnya mengakses segala hal khususnya sebagai sarana mencari kebahagiaan secara instan. Karena sudah terlalu sering melakukan sesuatu dengan instan, maka ketika generasi ini menjumpai beberapa masalah, mereka cenderung lebih mudah merasa stress daripada generasi sebelumnya.

2. Terlalu Banyaknya Pilihan dan Tingginya Beban Ekspektasi

Jika generasi sebelumnya mempunyai masalah karena sedikitnya pilihan (bisa dalam hal pendidikan, profesi, dll), justru Gen-Z sebaliknya. Mereka merasa buta arah dalam kehidupannya karena terlalu banyak memikirkan pilihannya sehingga stuck di tempat yang itu-itu aja serta tingginya beban dari generasi sebelumnya yang sering kali mengadu nasib seperti “Anak jaman sekarang mah enak, jaman dulu tuh—” sehingga entah sadar ataupun tidak, mereka akan mengamini semua perkataan dan harapan generasi sebelumnya.

Secara menyeluruh, kedua poin diatas lah yang sangat mempengaruhi segala problematika generasi ini terkait kesehatan mental dan bahkan hingga keadaan finansial mereka. Solusi dari masalah-masalah yang disebabkan dua poin di atas memang tidak bisa digeneralisir karena masalah setiap orang pastilah berbeda. Tidak semua penyakit bisa diobati, namun bisa dicegah, demikian pula dengan kesehatan mental Genz-Z. Menurut saya, pencegahan yang paling relevan di era sekarang dan praktis yakni memadukan antara filsafat stoisisme dan prinsip skeptisisme.

 Inti ajaran filsafat stoisisme yaitu menuju kebahagiaan dengan cara mengatur apa yang bisa kita atur dan tidak mengatur apa yang kita tidak bisa atur. Karena orang-orang sering salah dalam memahami stoisisme (apalagi Gen-Z adalah generasi instan), rawan terjadinya masalah baru yaitu terlalu pasrah dengan keadaan atau apatis terhadap hal di sekitarnya. Maka kita hanya mengambil inti ajarannya saja dalam penerapannya terhadap Gen-Z dan memadukannya dengan skeptis, kritis, dan ragu-ragu terhadap hal-hal yang bersumber dari luar apa yang tidak bisa diatur, tidak melepasnya begitu saja. Kedua prinsip tersebut bisa diterapkan sebagai dasar prinsip hidup Gen-Z, dan tentunya kita tidak bisa terpaku hanya dengan dua hal itu ya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian dari Kehidupan yang Melankolis, Makna Lagu Barasuara - Hitam dan Biru

Pada 21 Juni 2024, Barasuara telah merilis album ketiga mereka yang berjudul ‘Jalaran Sadrah' yang diambil dari bahasa jawa yang bermakna karena pasrah. Album ini memiliki jangka 4 tahun dari album sebelumnya yang bertajuk ‘Pikiran dan Perjalanan’. Lirik yang ditulis dalam lagu Hitam dan Biru merupakan hasil olah pikir Iga Massardi dan juga komposisi dari Puti Chitara, ditambah dengan sentuhan legenda musik Indonesia yakni Erwin Gutawa serta dilanjutkan oleh Czech Symphony Orchestra kian membuat kesan yang mewah dan mendalam.  Hitam dan biru membawa suasana kelam dalam kehidupan, pelarian seseorang dari banyak masalah dan rintangan. Lagu ini mengingatkan kita bahwa sejauh apapun kita lari dari kehidupan, pastinya akan terkejar. Kita adalah manusia yang entah benar atau salah, lawan segala masalahmu, jangan lari. Hitam dan Biru – Barasuara Di batas petang aku akan datang Bawa berita kurang menyenangkan Tentang hidupku, tentang hidupmu Yang penuh pertanyaan, penuh penyangkalan Mengap...

Varemara

(ilustrasi pulau menggunakan bantuan ai) Penghuni pulau ini tidak makmur, tidak kaya, tidak pintar, sedikit bahagia, kurang lebih seperti itu jawaban dari kuli angkut di dermaga. Padahal, pikirku pulau ini begitu makmur dengan hutan bakau di sekitar pantai, pasir putih mengelilingi pulau, hingga terumbu karang yang kaya akan kehidupan. Pulau Varemara namanya, ujar kuli angkut sambil menurunkan barangku di hostel. “Nama yang bagus! Bukankah begitu?”—respon ku spontan. “Segala hal terlihat indah nak. Tak segala yang indah dan sedap dipandang selalu baik, ingatlah itu. Oh, kalau butuh bantuan, hubungi diriku ya”, ia pergi setelah menerima upahnya. Aku iri pada Varemara mulai awal langkahku memasuki Varemara, penerima turis disini begitu ramah, aksen bahasa yang halus, serta tidak sedikitpun ada pungutan liar, duhai tenangnya. Harapku nyaman tinggal disini hingga kematian nanti, pikirku dalam hati. Hostel tempatku tinggal begitu sederhana, perpaduan antara semen dan kayu jati membuatnya el...