Langsung ke konten utama

Sosok Tunggu Kiris di Kosan

Setelah Nongkrong, di kosan sugiono

Malam sudah lewat jam sebelas waktu aku akhirnya cabut dari warung kopi. Sisa-sisa obrolan ngalor-ngidul sama anak-anak kampus masih nempel di kepala. Sebelum balik ke kamar, aku mampir dulu ke kosan Sugiono, niatnya cuma mau balikin jaket yang kemarin aku pinjam.

Kosan Sugiono ini ada di ujung gang buntu, bangunan tua yang kayaknya udah menyerah sama zaman. Di bawah cahaya remang dari satu-satunya lampu jalan yang masih hidup, tempat itu kelihatan lebih... aneh dari biasanya. Koridornya sempit, temboknya lembap dan penuh bercak jamur. Beberapa genteng kelihatan sudah melorot, bikin langit malam jadi hiasan atap yang bolong. Sandal jepit dan sepatu butut berserakan asal-asalan di depan pintu-pintu kamar yang tertutup rapat. Di sudut, genangan air sisa hujan tadi sore memantulkan cahaya bulan, diam tak beriak.

Suasananya hening banget. aku ketuk pintu kamar Sugiono, kayu tripleknya terasa tipis di tangan. "Woy, Gi!"

Nggak ada jawaban. Tapi dari celah bawah pintu, aku bisa lihat ada cahaya remang dari dalam. Penasaran, aku coba dorong pelan. Pintu itu ternyata nggak dikunci, berderit pelan waktu terbuka.

"Gi?"

Kamar Sugiono lebih berantakan dari yang aku kira. Dia tidur di lantai, cuma beralas kasur palembang tipis yang digelar seadanya. Napasnya terdengar berat, kayak orang yang kecapekan banget habis kerja rodi. Di sudut ruangan, jemuran handuk dan beberapa kemeja tergantung di tali rapia, sedikit bergoyang, padahal jendela tertutup rapat dan nggak ada angin sama sekali. Aneh.

Aku taruh jaketnya di atas tumpukan buku di meja belajar. Hawa di dalam kamar ini terasa pengap dan dingin di saat yang bersamaan. aku goyangin bahunya pelan. "Gi, bangun anjir. Gua mau balikin jaket nih."

Dia nggak bergerak sedikit pun. Mata aku tanpa sengaja melirik ke cermin kecil yang tergantung miring di dinding. Pantulan di dalamnya buram, tapi aku bisa lihat sosok aku dan Sugiono yang terbaring. Awalnya biasa aja, sampai aku sadar ada yang salah. Di pantulan itu, ada sesuatu yang berdiri tepat di belakang Sugiono. Sosok kurus dengan rambut awut-awutan menutupi sebagian besar wajahnya.

Jantung aku langsung mencelos. aku mundur selangkah, tapi sosok di cermin itu malah terasa makin jelas. Rasanya kayak ada yang ngawasin dari sudut paling gelap di kamar itu.

"Anjing..." gumam aku pelan.

Aku mau langsung cabut, tapi tiba-tiba Sugiono bergerak. Dia duduk tegak dengan gerakan patah-patah. Matanya terbuka lebar, tapi tatapannya kosong, lurus ke depan, nggak ngelihat aku sama sekali.

Mulutnya bergerak tanpa suara, sebelum akhirnya satu bisikan keluar, serak dan gemetar. "Jangan liat dia, anjing..."

Bulu kuduk aku meremang. Rasanya ada hawa dingin yang nyentuh tengkuk aku, kayak ada orang yang berdiri persis di belakang. Refleks aku balik badan, tapi nggak ada siapa-siapa. Cuma ada tumpukan kain bekas warna merah di pojok ruangan yang entah kenapa bentuknya kayak gundukan aneh.

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pelan datang dari dinding di sebelahku. Tiga kali, ritmenya pelan dan konstan. aku langsung panik, berusaha buka pintu buat lari keluar. Sial, gagang pintunya macet. Kayak ada yang nahan dari luar.

Aku gedor-gedor pintu sambil teriak, "Gi bangun bangsat! Ini apaan?!"

Sugiono tiba-tiba teriak kencang, suaranya melengking nggak wajar. "KELUAR, CEPET KELUAR!"

Teriakannya seolah ngasih aku kekuatan ekstra. aku dobrak pintu itu sekuat tenaga. Dengan satu sentakan terakhir, pintunya akhirnya terbuka. Tanpa pikir panjang, aku langsung lari menyusuri koridor gelap. aku nggak berani noleh ke belakang, tapi dari sudut mata, aku bisa lihat di ambang pintu kamar Sugiono, sosok kurus berambut panjang itu berdiri. Dia nggak bergerak, cuma menatap ke arah aku lari, dengan seulas senyum tipis yang bukan senyum manusia.

Sejak malam itu, aku nggak pernah lagi berani mampir ke kosannya. Beberapa hari kemudian, Sugiono pindah tanpa bilang-bilang. Katanya diusir bapak kos, dia nggak inget apa-apa soal malam itu. Dia cuma bilang, tiap malam selalu ada yang ngetuk dinding kamarnya, tiga kali.

Dan yang paling bikin aku gila, kadang pas aku lagi sendirian di kos ku, aku kayak ngelihat sekilas bayangan itu lagi di pantulan layar hp atau cermin kertas. Dia cuma berdiri di sana, diam. Seolah-olah dia tahu aku udah kabur, tapi dia cuma nunggu waktu yang tepat buat berkunjung.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian dari Kehidupan yang Melankolis, Makna Lagu Barasuara - Hitam dan Biru

Pada 21 Juni 2024, Barasuara telah merilis album ketiga mereka yang berjudul ‘Jalaran Sadrah' yang diambil dari bahasa jawa yang bermakna karena pasrah. Album ini memiliki jangka 4 tahun dari album sebelumnya yang bertajuk ‘Pikiran dan Perjalanan’. Lirik yang ditulis dalam lagu Hitam dan Biru merupakan hasil olah pikir Iga Massardi dan juga komposisi dari Puti Chitara, ditambah dengan sentuhan legenda musik Indonesia yakni Erwin Gutawa serta dilanjutkan oleh Czech Symphony Orchestra kian membuat kesan yang mewah dan mendalam.  Hitam dan biru membawa suasana kelam dalam kehidupan, pelarian seseorang dari banyak masalah dan rintangan. Lagu ini mengingatkan kita bahwa sejauh apapun kita lari dari kehidupan, pastinya akan terkejar. Kita adalah manusia yang entah benar atau salah, lawan segala masalahmu, jangan lari. Hitam dan Biru – Barasuara Di batas petang aku akan datang Bawa berita kurang menyenangkan Tentang hidupku, tentang hidupmu Yang penuh pertanyaan, penuh penyangkalan Mengap...

Varemara

(ilustrasi pulau menggunakan bantuan ai) Penghuni pulau ini tidak makmur, tidak kaya, tidak pintar, sedikit bahagia, kurang lebih seperti itu jawaban dari kuli angkut di dermaga. Padahal, pikirku pulau ini begitu makmur dengan hutan bakau di sekitar pantai, pasir putih mengelilingi pulau, hingga terumbu karang yang kaya akan kehidupan. Pulau Varemara namanya, ujar kuli angkut sambil menurunkan barangku di hostel. “Nama yang bagus! Bukankah begitu?”—respon ku spontan. “Segala hal terlihat indah nak. Tak segala yang indah dan sedap dipandang selalu baik, ingatlah itu. Oh, kalau butuh bantuan, hubungi diriku ya”, ia pergi setelah menerima upahnya. Aku iri pada Varemara mulai awal langkahku memasuki Varemara, penerima turis disini begitu ramah, aksen bahasa yang halus, serta tidak sedikitpun ada pungutan liar, duhai tenangnya. Harapku nyaman tinggal disini hingga kematian nanti, pikirku dalam hati. Hostel tempatku tinggal begitu sederhana, perpaduan antara semen dan kayu jati membuatnya el...

Problematika Mental Gen-Z

(sumber tertera pada gambar ) Generasi Z atau lebih dikenal dengan nama Gen-Z adalah orang-orang yang lahir antara tahun 1997—2012. Teknologi yang semakin maju di generasi ini memudahkan segala akses ke segala hal baik sisi positif maupun negatif, tergantung bagaimana mereka memanfaatkannya. Dengan kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, bukannya justru Gen-Z akan lebih mapan dibanding generasi sebelumnya? Jika pembaca melihatnya secara polos memang benar akan terlihat semudah itu. Akan tetapi, realitanya justru lebih kompleks dari yang terlihat. Ada banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi lemahnya mental generasi ini. Penyebab terjadinya permasalahan mental ini memang bersifat relatif. Namun kita tetap bisa mencari penyebab keseluruhannya, yaitu: 1. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi mental health seseorang karena terlalu mudahnya mengakses segala hal khususnya sebagai sarana mencari kebahagiaan secara instan. Karena sudah terlalu sering melakukan sesuatu d...