Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Perjumpaan Singkat

  Hadirnya membuat aku menjadi hidup, setelah berusaha sedemikian rupa untuk lepas dari penat, putus asa, putus cinta, putus harapan, dan putus-putus lainnya. Hadirnya membuat perasaan hampa ini menjadi menyala, seperti terbitnya matahari ketika menyeruak menerangi gelap serta menghangatkan gundah serta menghangatkan emosi yang redam yang kelam yang juga pasti payah. Di cerahnya pagi dia juga membawa kehidupan laksana matahari menerangi padi yang ditanam oleh para petani yang tak kalah asri dengan rimbunnya hutan hujan, hutan alami, juga hutan biologi untuk penelitian para ahli. Menjelang siang yang terik ia menjelma, tak lagi menjadi matahari namun menjadi dedaunan rindang yang sejuk dipandang dan dirasakan di kala kita menyingsing kaos bagian lengan di kerindangan taman kota.  Menuju senja ia seperti hutan-hutan rimba yang aku hadapi, yang aku balas dengan sampah-sampah yang menodai.  Aku balas ia dengan penebangan yang tak aku menahu untuk apa aku merusaknya, aku hanya...

Sosok Tunggu Kiris di Kosan

Setelah Nongkrong, di kosan sugiono Malam sudah lewat jam sebelas waktu aku akhirnya cabut dari warung kopi. Sisa-sisa obrolan ngalor-ngidul sama anak-anak kampus masih nempel di kepala. Sebelum balik ke kamar, aku mampir dulu ke kosan Sugiono, niatnya cuma mau balikin jaket yang kemarin aku pinjam. Kosan Sugiono ini ada di ujung gang buntu, bangunan tua yang kayaknya udah menyerah sama zaman. Di bawah cahaya remang dari satu-satunya lampu jalan yang masih hidup, tempat itu kelihatan lebih... aneh dari biasanya. Koridornya sempit, temboknya lembap dan penuh bercak jamur. Beberapa genteng kelihatan sudah melorot, bikin langit malam jadi hiasan atap yang bolong. Sandal jepit dan sepatu butut berserakan asal-asalan di depan pintu-pintu kamar yang tertutup rapat. Di sudut, genangan air sisa hujan tadi sore memantulkan cahaya bulan, diam tak beriak. Suasananya hening banget. aku ketuk pintu kamar Sugiono, kayu tripleknya terasa tipis di tangan. "Woy, Gi!" Nggak ada jawaban. Tapi d...

Bekerja

Pagi ini aku berangkat menuju rutinitas membosankan lagi yang aku tak bisa lepas guna menyambung hidup. Pukul 6 pagi aku pergi menyusuri jalanan kota yang tak pernah sepi, dari malam bertemu pagi, bertemu malam, bertemu pagi, lagi. Tiba di kantor yang sedikit sesak, ruangan berbentuk kotak dengan luas 3x3 meter belum termasuk dokumen yang menumpuk hingga setinggi leher, dengan para pekerja lain yang kadang menyenangkan, tetapi tetap semu karena sama-sama berjuang demi sekantong beras, menghidupi atasan dan kembali ke kamar dengan perasaan tak segar, terkadang diiringi hewan pengerat seperti tikus yang sedang lari dikejar si Empus. Ah, aku lupa memberi salam kepada Empus, kucing peliharaan yang aku rawat dengan sepenuh hati, tapi ini kucing, bukan Malika si kedelai hitam. Waktu menunjukkan pukul 5 sore, aku pulang dengan perasaan kesal karena timku kena semprot, karena lengah terhadap kondisi, karena lengah terhadap tradisi. Kami lupa mengucapkan selamat pagi kepada bos di depan mejanya...

Muslim Jungkir Balik

Dengan menyebut nama-Mu Kalau kalian sudah terbiasa dengan hal-hal yang memang sudah sewajarnya, apa yang membuat kalian berubah haluan? Pikiran kah? Obrolan kah? Atau bahkan sekadar mengikuti arus menuju tepian? Saya agak kurang paham dengan omongan orang yang kiranya seperti ini “dia agamis cuy, sholat mulu loh 5 waktu”. Yang saya maksud adalah, hei, hal demikian adalah wajib adanya bagi muslim di seluruh kabilah! Solat 5 waktu adalah perkara yang wajib dilakukan oleh seluruh muslim, hal ini dihukumi wajib menurut ijma’ ulama, barang siapa melanggar, berdosa-lah dia. Memang, ibadah solat merupakan ibadah yang berhubungan langsung dengan ar-Rahim, Yang Maha Pengasih (di akhirat), namun apakah memang harus kita maklumi jika banyak yang melanggar? Atau di benak kawan-kawan hanya orang suci yang pantas untuk solat? Hei, ini kewajiban! Dunia jungkir balik, apa kita harus kaget jika ada seorang pemerintah yang tidak korupsi padahal hal demikian adalah hal yang sepatutnya dilakukan oleh pem...

Aku Cinta Indonesia, tapi Apa Harus Nelangsa?

Indonesia Gelap atau Kita yang Gelap? UUD 1945 pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. S udah berapa lama ya? Kita semua shock, kita semua bingung, mulai dari efisienshit anggaran, pagar laut antah berantah, PPN 12%, kekerasan aparat, antara tambang dan kampus, dan…...masih banyak lagi bukan? Kalau sudah seperti ini, kita tidak bisa diam kan? Aku paham kok, aku juga masih malesan sama seperti kebanyakan kalian, tapi kalau terus-menerus di injak…..aku sih tidak bisa untuk tidak teriak. Aku punya impian, negaraku jadi yang didambakan oleh setiap insan, oleh setiap raga, oleh setiap asa. Apa masih ada harapan? Kalian ngebayangin juga ga sih, kalo kita hidup di ambang kecemasan, saat semuanya udah dibredel, seperti lagu bayar bayar bayar punya Band Sukatani yang terpaksa di- takedown karena katanya menyebarkan ujaran kebencian, agak laen kan? Kalo mengutip dari tulisan-tulisan Cak Nun d...

Masa Sepi by Bernadya if Written Based on My Experience

(melancholy) Yang dibalut oleh gembira, namun tersundup oleh debu Aku berjalan dengan perlahan, aku yakin tetap ada prosesnya. Siklus waktu seperti itu kan? Oh wahai, ini soal rasa, tak ada batasnya. Tak terlintas oleh waktu. Oh wahai, aku mengira hanya datang beberapa kali, hanya selama beberapa saat. Kenangan indah memori, luka yang menggores hati. Hei! Ternyata ia datang di kala sepi! Aku masih hidup dan tak ku ragu, rasanya aneh, rasanya sedih, rasanya pedih. Ah sial, rupanya aku masih menginginkan mu. Oke oke, sekarang mulutku menekuk dengan pikiran terkutuk namun, jujurnya aku masih menginginkanmu, aku ingin merajut yang lalu, aku tak mau kalah. Duhai, masa sepi telah meruntuhkan pondasi. Ini perasaan, tak terikat oleh waktu, melintas dalamnya rindu. Sekali lagi, aku masih menginginkanmu, tak mau sepi datang lagi menghampiri. Untuk seseorang yang olehnya diriku senang, yang olehnya diriku tenang. -Amu Referensi: